Emiten Paling Sering Cuan Pada Window Dressing

Pergerakan IHSG dalam seminggu ini menunjukkan hasil positif dengan closing di area hijau selama 1 minggu ini setelah sebelumnya pada 1 Desember closing di area merah. Sejak tanggal 1 Desember IHSG telah naik sebesar 2.23% dengan closing di 6652.9219 poin.

Begitu juga dengan indeks LQ45 yang ikut menghijau seiring naiknya emiten-emiten pengisi indeks LQ45. Indeks LQ45 sendiri telah naik 1.83% ke posisi 948.6100 poin sejak tanggal 1 Desember. Dengan hasil positif kedua indeks ini selama bulan Desember, apakah ini pertanda bahwa window dressing telah dimulai?  Lalu emiten apakah yang paling terdampak dengan window dressing ini dengan mencatatkan kenaikan di bulan Desember dalam beberapa tahun kebelakang? Mari kita bahas!

Jika Cuanvestor mengikuti dan membaca artikel Cuanderful yang terbit tiap hari minggu, maka seharusnya Cuanvestor sudah tahu apa itu window dressing dikarenakan kami sudah pernah membahas fenomena ini sebelumnya. Window dressing adalah sebuah fenomena dimana harga-harga saham mengalami kenaikan pada bulan Desember yang disebabkan oleh aksi dari Manajer Investasi untuk memperbaiki dan mempercantik portofolio investasi dengan menjual saham-saham yang merugi dan kembali membeli saham-saham yang memiliki potensi besar untuk naik di akhir tahun.

IHSG sendiri dalam 10 tahun terakhir sejak tahun 2011, selalu mengalami kenaikan di bulan Desember. Bahkan jika kita melihat lebih jauh lagi sejak tahun 1997, IHSG hanya satu kali mengalami penurunan di bulan Desember. Begitu juga indeks LQ45 yang merupakan salah satu indeks yang ada di Bursa Efek Indonesia ini juga mengalami kenaikan terus-menerus pada bulan Desember dalam 10 tahun terakhir. LQ45 ini identik dengan emiten yang memiliki kapitalisasi pasar yang besar dan likuid yang ada di Bursa Efek Indonesia.

Tim Cuanderful melakukan riset sederhana dengan melihat historis kenaikan harga saham emiten-emiten penghuni indeks LQ45 pada bulan Desember dalam 10 tahun terakhir.

Kenapa Kita Memilih LQ45?

Karena penghuninya biasanya adalah emiten-emiten berlikuiditas baik sehingga memungkinkan untuk para manajer investasi mengambil aksi di deretan emiten tersebut, berbeda dengan emiten dengan kapitalisasi pasar yang manajer investasi sendiri terhalang oleh regulasi dsb.

Kami mendapatkan hasil yang menarik dimana dalam 10 tahun terakhir terdapat beberapa emiten yang mengalami kenaikan dengan probabilitas 70% sampai 90% yang artinya dalam 10 tahun terakhir emiten tersebut mengalami kenaikan 7x sampai 9x dalam rentang waktu tersebut.

18 dari 45 emiten LQ45 mengalami kenaikan 7x sampai 9x dalam 10 tahun terakhir.

ASII, PGAS, dan SMGR merupakan tiga emiten yang memiliki probabilitas paling tinggi yang mengalami kenaikan dalam 10 tahun terakhir.

Selanjutnya ada BBCA, BBRI, JSMR, TLKM, dan UNTR yang mengalami kenaikan 8x dari 10 tahun terakhir. Pada probabilitas 70% terdapat 10 emiten yang mengalami kenaikan pada bulan Desember.

Mari kita bahas sedikit beberapa emiten pada tabel diatas. Kita mulai dari tiga emiten yang memiliki probabilitas kenaikan paling tinggi yaitu, ASII, PGAS, dan SMGR.

ASII memiliki kapitalisasi paling besar diantara ketiganya dengan kapitalisasi sebesar Rp240 triliun, diikuti SMGR Rp47 triliun dan PGAS Rp36 triliun. Secara kapitalisasi pasar ASII berada jauh diatas dua emiten lainnya. ASII sendiri menempati posisi kelima sebagai pemilik kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia. Harga saham ketiga emiten tersebut sepanjang tahun ini masih terkoreksi masing-masing sebesar ASII -1.66%, SMGR -36.62%, dan PGAS -9.67%.

PBV masing-masing emiten tersebut yaitu ASII 1.4x, SMGR 1.36X, dan PGAS 1.0x.

Apakah dengan masih terkoreksinya harga saham ketiga emiten tersebut merupakan sebuah peluang untuk mengalami kenaikan pada window dressing?

Selanjutnya kita lihat empat emiten dengan kapitalisasi terbesar yaitu BBCA, BBRI, TLKM, dan BMRI yang masing-masing memiliki kapitalisasi pasar sebesar Rp909 triliun, Rp617 triliun, Rp411 triliun, dan Rp336 triliun secara berurutan.

Secara year to date harga saham BBCA telah naik 8.94%, BBRI 2.58%, TLKM 25.38%, dan BMRI 13.84%. TLKM mengalami kenaikan paling signifikan diantara keempat emiten pemilik kapitalisasi pasar terbesar tersebut. Secara probabilitas kenaikan harga saham, BBRI, BBCA, dan TLKM sama-sama memiliki probabilitas 80%, sedangkan BMRI hanya sebesar 70%. Mungkin secara harga keempat emiten ini telah mengalami kenaikan namun bukan tidak mungkin harga sahamnya mengalami kenaikan yang lebih tinggi lagi.

Dari sektor batu bara, terdapat dua emiten yang memiliki probabilitas kenaikan 70% atau lebih pada bulan Desember yaitu UNTR dan PTBA. Kenaikan harga acuan batu bara juga ikut mengerek naik pendapatan masing-masing emiten. Kendati demikian, harga saham emiten ini ternyata masih terkoreksi secara year to date, UNTR -13.5% dan PTBA -2.5%. Secara valuasi menggunakan PBV, PBV kedua emiten ini berada diatas 1x yaitu UNTR sebesar 1.3x dan PTBA 1.5x. Namun valuasi secara PBV ini bukanlah nilai mutlak yang menyatakan mahal atau murahnya harga sebuah saham, karena belum tentun PBV di bawah satu itu murah dan belum tentu juga PBV di atas satu itu mahal. Karenanya, bukan tidak mungkin kedua emiten ini akan mengalami kenaikan seiring dengan adanya window dressing.

Perlu Cuanvestor perhatikan bahwa list di atas hanya sebagai referensi secara historis saja tentang bagaimana performa beberapa emiten LQ45 pada bulan Desember yang banyak dikaitkan dengan fenomena window dressing.

Memang betul secara historis, emiten diatas lebih besar probabilitasnya mengalami kenaikan dari pada penurunan ataupun stagnan. Namun data tersebut tidak bisa sepenuhnya dijadikan patokan utama untuk menentukan performa harga saham pada bulan Desember ini. Kita tidak pernah tahu apakah sebuah harga saham itu mengalami kenaikan atau penurunan. Perlunya analisa mendalam tentang kinerja serta valuasi sebuah emiten untuk memperkecil resiko kerugian dalam investasi.

Jika Cuanvestor bertanya kepada Tim Cuanderful tentang window dressing apakah akan terjadi atau bahkan sedang berlangsung seiring kenaikan IHSG minggu lalu, maka jawabannya adalah Tim Cuanderful pun tidak tahu tapi kecenderungan secara historis akan terjadi. Intinya adalah selama ini kami membeli saham untuk diinvestasikan berdasarkan kinerja, prospek dan valuasi. Jika emiten yang kami beli mengalami kenaikan pada window dressing maka anggap saja bonus tahunan.  Jadi bagaimana menurut Cuanvestor? Apakah window dressing ini akan terjadi Desember ini?


Disclaimer : Segala informasi yang terdapat dalam artikel ini semata untuk tujuan edukasi dan tambahan referensi, bukan untuk tujuan rekomendasi terkait keputusan investasi maupun trading serta keuangan apapun. Setiap keputusan investasi maupun trading merupakan tanggung jawab masing – masing individu karena tujuan investasi maupun trading dan profil risiko perorangan akan berbeda satu sama lain.

2021 © Cuanderful Indonesia

Related Articles

Responses

Your email address will not be published. Required fields are marked *